Cahaya itu dimana ?

Cahaya itu  dimana ? Sekelumit bulir dari keringat menetes, meneteskan asin manis sebuah hidup, tetapi lihatlah , kulit yang tak jua melepuh , dia ada dan selalu tertawa , aku ada kawan ! walau ia nampak keriput, keringat yang usang yang menabuh genderang ,usia bukanlah bertambah , tetapi menyusut dan tak seperti perkiraan banyak manusia, merayakannya dengan bersyukur atas tambahnya usia , padahal sebaliknya, usia yang tak lagi genap seperti yang tertulis dalam suratan, tetapi usia berjalan dan tertatih , pelan ia menahan letih , kapan perjalanan ini sampai tujuan Tuan ?
Dan saat di dermaga, saat panas terik seakan membakar , dermaga tak jua pergi , dan hanya menatap kosong saat haluan meninggalkannya, lalu ia berucap , mengapa tak kau labuhkan hidup ini sebagaimana mestinya ? dan iapun terhempas deburan ombak yang menyeringai dan katakan “ Diam !
Dan lalu , ada panorama, ada banyak kehidupan di altar bumi dan juga di dasar lautan, memberi mimpi – mimpi dan menaruhnya dalam setiap sisi hatimanusia, ya, untuk di gengam agar suatu saat dapat melabuhkannya sesuka yang kau ingin , dalam pencarian ataupun dalam penantian.
Dan kemudian tersimpan harapan, harapan sebagai asa dari sebuah kehidupan, untuk kau carikah atau hanya untuk kau tenggelamkan jika ia tak jua datang ? lalu kau cari lagi, mencari harapan baru untuk menggantikan harapan yang telah usang , waktu yang berlalu dan juga asa dan mimpi yang terus saja datang silih berganti, dalam mimpimu tak ada tempat untuk menepi .
Sketsa yang buram, juga coretan yang tak lagi jelas dimana dan akan kemana ujung dari perjalanan yang ada ? dan rasa letihlah yang ada, menangkup bunga yang jatuh layu , atau menghamparkan harapan di tengah padang yang gersang, tak jua kau tahu , dan juga ada cahaya itu ada tetapi di mana ? dan kau terdiam dalam mimpi di balik tanyamu.

Cahaya itu  dimana ?

Cahaya yang ingin kau dapat , dari banyaknya perjalanan hidup yang terjal ataupun landai, cahaya yang kau cari demi sebuah bakti yang ada dan selalu membisiki telingamu, dalam perjalananmu, pencarian dan mencari, bulir dari tetesan kasih surgawi, apa itu sebuah ilusi ?
Padahal, jika saja ada sebuah lentera , maka ia akan menerangi dirinya dan juga lainnya tanpa ia membakar diri atau menggelapkannya, di sanalah ilmu berada , dan di sebut sebuah ilmu dan juga jalan yang berguna bagi sesama, atau kaupun dapat buat cahaya, dengan lilin yang terang dan menerangimu tapi akhirnya ia tanpa daya dan binasa dengan cahayanya sendiri, meluruhkan dari apa yang di sebut kesaksian ilmu atas jumawanya tetapi akhirnya tak berdaya saat akhir dari cahayanya tiba, dan akhirnya ia binasa .
Cahaya , dari apa yang kau sebut sebuah derita, merajam dan mencambukimu , seakan tak ada gunanya kau berada di sana, tetapi seandainya saja , ada sebuah lentera seperti tadi , maka deritalah yang akan menjadi minyak dari cahaya yang di timbulkan lentera tadi, minyak yang kau dapat dari hidup yang mengosongkan bahagia dan mengisinya dengan berbagai derita, lalu apa yang kau dapat.
Sejujurnya , derita bukalah sesuatu yang pahit untuk kita rasakan , tetapi sesuatu yang manis untuk kita kecap , hanya saja ia terbungkus lipatan dari baju yang ia kenakan, sebagai tipuan dan memperdayai diri kita .
Dan setitik cahaya kita dapat, sebagai penunjuk jalan, atau mirip cahaya sang bintang yang kebalikan dari apa yag kita lihat, cahaya kerlip dan jika kita tahu cahaya bintang amat terang dan besar dan begitulah jua manusia dengan hati yang terisi dengan derita dan pahitnya hidup dan melahirkan sebuah kebijaksanaan dalam hidupnya.
Selanjutnya ? ada garis waktu yang di rahmati dan sebagai ujung dari sebuah yang di beri hidup dalam hidupnya, cahaya terang yang datang sebagai panggilan, panggilan untuk datang dan tak pernah kau dapat menghindar agar tak bertemu dengannya, apa masih kurang apa yang terberikan dalam hidup ?
Sisi hati manusia  dan juga cahaya yang sebenarnya ada dan ingin kita temui , keagungan yang kita memperhambakan diri padanya, dengan sebutan apapun itu , ia adalah keabadian dan empunyanya, melahirkan sebuah kehidupan dan lalu ia pula yang menutupnya , memberi cahaya dan lalu meredupkannya dan kita hanyalah pencari dalam pencarian akan apa dan siapa yag mempunyai cahaya keabadian ?
Dan llalu kau taburkan panorama yang indah sebagai syukur andai saja ada banyak waktu yang terlewati dan tak pernah engkau sesali atau kau taburkan bara dari nestapamu, bahwa betapa kau sia – siakan waktumu dan kini tak dapat kembali , aku terbangun dan tak semua manusia mengerti, tetapi aku perhambakan diriku bagi ilahi dari derita dan dosa – dosa ini ,meleburkan diri dari cahaya yang sebenarnya adalah cahaya agar ku mulai perjalanan ini , dengan lebih baik lagi.

Comments