Sampai detik ini, ia masih menangis, alah, apa yang terjadi
padanya ? ya, seorang bernama riani yang menangis dalam pelukan bantal dan
guling, lalu aku tanya , mengapa begitu ? ia memandangku, rasanya ia marah akan
keberadaanku, he he apalagi di tambah dengan pertanyaan yang seakan membuatnya
tertekan, ia agak melotot, dan masih dalam uraian airmatanya.
Enggan ia menjawab, he he tapi tetaplah keluar dari mulutnya
walauagak ketus “ Nggak tahukah kamu, aku kesaa..l ! sungutnya . Aku masih
tertawa dan ia melotot dan aku katakan “ Biarlah dan teruslah begitu, jika hal
itu dapat mengubah kekesalanmu ! agak sedikit meledek.
Ya, dan aku tahu, kala ia makin membelalakan matanya, tahu
aku ngeledeknya , jika ia sempat mungkin akan ia lempar aku dengan yang ia mau,
tapi itu urung , ia malah terisak dan aku biarkan , menuliskan sesuatu untuk ia
ingat “ Biarkan air mata jatuh, sebab ia pun akan mengurungkan dan melepaskan
bebanmu, tetapi ingatlah airmata juga bukan bagian dari solusi atas apa yang
kau hadapi .
Riani
Begitulah , ia, Riani, merasa kesal akan Tikno yang mempermainkannya, mempermainkan cinta yang telah ia berikan dan percayakan padanya, dan riani telah berhenti , saat aku lewati dia seperti tadi, ya , tak ada tangis lagi , mungkin ia membaca lewat dinding hatinya, apa yang aku tuliskan, begitulah menghadapi cintamu riani , bangkit untuk berdiri dan tak membiarkan cintamu menepukan dadanya di hadapanmu lagi.
Sekali lagi aku ingat, bagaimana wanita menghadapi yang
mendustainya, yang ada dan sering terjadi adalah, menghadapinya dengan air
mata, aku tertawa, tetapi bukan menertawakan apa yang wanita tangisi, tetapi
tertawa, apa dengan airmata segalanya dapat berubah begitu saja ? tidak bukan ?
Dan masih tentang riani , seperti senja hari kemarin , ia
masih termenung dan aku mengerti, mungkin ia masih mengingat apa yang telah
terjadi antara dia dan si Tikno itu, ya , wajarlah dalam sebuah perjalannya,
cinta juga akan membagikan kenangan, walau mungkin cinta itu tak harus terus
berjalan, tetapi sedikit banyak , kenangan manis pasti ada untuk sesekali di
kenangkan, tetapi bukan sebagai harapan ataupun mengingat akan hal yang telah
melukai atau seakan matahari yang meninggalkan siang dengan kelamnya.
Dan , aku emoh rasanya untuk melihatnya, andai saja ia tak
memanggilku “ Huh ! ada apa , apa ia akan menangis lagi seperti kemarin ? ku
lihat ia, nggak ada tangis , hanya ada sedikit malu yang ia perlihatkan, ya,
mungkin ia masih ingat , bagaimana ketusnya ia terhadapku , dan aku tersenyum.
Benar saja, ia minta maaf atas apa yang ia lakukan, lalu ia
berkata “ Benar katamu sobat, perjalanan cinta adalah catatan, bagaimana kita
menulisnya dan juga pada bagian mana semestinya kita menghapusnya “ walah !
rasanya aku nggak percaya deh, he he apa yang ia katakan rasanya hebat sekali,
aku manggut dan mengiyakan “ Memang begitu dan harusnya seperti itu “ kataku pelan.
Tapi sedikit catatan akan hal itu “ Semua ada akhir perjalanan akan terasa terseok dan menikam
dalam sebuah kehidupan , tak terkecuali atas nama perjalanan sebuah cinta,
tetapi setelahnya yang ada adalah kedewasaan dan kematangan, begitulah buah
hidup dan juga renungan.
Dan aku tahu, rasanya Riani telah menemukan jalan itu, ya
aku bahagia , aku tersenyum untuk sahabat, tak ada tangis adalah hal yang lebih
baik, lupakan hari ini dan sambutlah esok , bukankah hidup dan keadaannya
datang dan akan silih berganti ?
Tetapi kuputuskan untuk pergi, Riani sepertinya akan pergi
juga entah kemana, ya , itu lebih baik daripada ia sendiri, atau mungkin ia
telah temukan sesuatu yang baru dan memperlihatkannya padaku, apa itu sebuah
cinta , kadung hari merambat kelam, berhenti di sini ,biarlah Riani sang sahabat pergi menyongsong
apa yang ia ingin, apapun itu , aku hanya “ berucap semoga ia bahagia “.
Tapi sebelum pagi sebelum riani terjaga , kuputuskan
menuliskan sanjak untuknya agar ia dapat mengerti , apa yang ia dapat hari ini
dan aku akan tersenyum melihatnya bahagia, bangkit dan berjalan seperti Riani
yang aku kenal, tabah dalam menghadapi hidup ini, juga cintanya .
Comments
Post a Comment